Padatahun 1923 ia datang ke Jawa dan menetap pertama kali di Yogyakarta. Dia dipekerjakan oleh sultan Yogya sebagai pianis istana dan diminta membantu kegiatan seni keraton. Spies-lah yang pertama kali memperkenalkan notasi angka bagi gamelan di keraton Yogyakarta. Notasi ini kemudian dikembangkan di kraton-kraton lain dan digunakan hingga
– Iringan musik gamelan membuka pertunjukkan. Tak lama, tirai panggung tersibak, menampilkan latar layaknya di sebuah kerajaan di khayangan. Sekelompok penari wanita mengisi panggung, mengenakan kemben dipadu jarik, bersanggul dan riasan lengkap. Jari-jari lentik mereka menari di udara dengan selendang hijau terselip di antaranya. Tarian mereka membuka kisah pewayangan yang dipertunjukkan kepada ratusan khalayak di kursi penonton. Sesaat setelah tarian mereka usai, para pelakon yang dirias layaknya tokoh-tokoh pewayangan dengan kostum gemerlap, sesekali berkilau diterpa cahaya panggung, muncul ke tengah panggung. Dialog-dialog berbahasa Jawa krama mengalir di antara para pelakon. Babak demi babak berganti, hingga akhirnya sampai pula pada penghujung cerita. Penonton bersorak dan bertepuk tangan memuji para pelakon. Baca Juga Bertahan di Tengah Pagebluk, Para Seniman Wayang Orang Berteman dengan Teknologi Situasi di atas adalah penggambaran apa yang terjadi di dalam Gedung Pertunjukkan Wayang Orang Bharata yang berlokasi di Senen, Jakarta Timur. Tidak banyak yang tahu bahwa di antara riuhnya lalu lintas di Senen, terminal yang selalu ramai, pasar dan pusat perbelanjaan, hingga gedung-gedung hotel dan perkantoran, terdapat gedung pertunjukkan tersebut. Gedung pertunjukkan tersebut didirikan oleh para seniman pelestari kesenian wayang orang yang tergabung dalam Paguyuban Wayang Orang WO Bharata pada 5 Juli 1972. Setiap Sabtu malam hingga dini hari, gedung pertunjukkan tersebut ramai dipadati oleh penggemar kesenian wayang orang atau mereka rindu kampung halaman. Tentu saja, kebanyakan dari penonton adalah kaum sepuh—mereka yang bertumbuh besar dengan mendengar cerita-cerita pewayangan. Anak muda negeri semakin jauh dari seni tradisi warisan leluhur ini, kesadaran tentang pelestarian tradisi adiluhung kekayaan negeri sejatinya harus kembali dibangkitkan kembali. Baca Juga Kompetisi Desain Pelestarian Budaya Indonesia Mengabadikan Budaya Lewat Sentuhan Digital Globalisasi dan arus digital yang masif, menjadi tantangan tersendiri bagi para seniman dalam melestarikannya. Survei Indonesia Millennial Report 2019 menemukan, setidaknya 94,4 persen milenial Indonesia berusia 20-35 tahun telah terkoneksi internet. Melalui digitalisasi pula, berbagai informasi dapat lebih mudah diakses secara lebih luas. Begitu juga dengan interaksi masyarakat dan hiburan, berbagai media sosial maupun layanan streaming online mulai bermunculan. Masifnya arus budaya barat membuat kesenian yang menjadi jati diri bangsa tergerus. Hiburan tradisional seperti pertunjukan Wayang Orang harus berjuang habis-habisan untuk mengimbangi kencangnya perkembangan zaman. Baca Juga Sutan Muhammad Amin, Salah Satu Tokoh Sumpah Pemuda yang Berjasa Kondisi ini pun sempat diungkapkan oleh seniman wayang orang sekaligus sutradara Wayang Orang Bharata Teguh “Kenthus” Ampiranto. Ia mengatakan, antusiasme anak muda dalam melestarikan kebudayaan wayang orang lebih banyak didominasi secara turun temurun. “Biasanya mengajak anak-anak bergabung itu dengan cara mengingatkan, kalau kami dan para anak bisa hidup dari melestarikan wayang orang,” kata Kenthus. Di kalangan keluarga seniman, nilai-nilai luhur dan pakem penceritaan wayang orang diturunkan sehingga generasi seniman muda tercipta. Namun, agar dapat bertahan di tengah masyarakat, beragam penyesuaian harus dilakukan. Beradaptasi untuk melampaui zaman Wayang orang adalah kesenian yang eksistensinya melampaui zaman. Dikutip dari laman Geonusantara, wayang orang atau dikenal dengan istilah wayang wong dalam bahasa Jawa, pertama kali muncul di abad ke-18, tepatnya diciptakan oleh Sultan Hamangkurat I pada tahun 1731 di kota Solo. Baca Juga Sejarah Lagu Indonesia Raya, Pertama Kali Dikumandangkan Pada Kongres Pemuda II Kisah yang ditampilkan saat itu memuat tentang ajaran-ajaran hidup yang bersumber dari kisah-kisah legenda atau sejarah Jawa. Kisah yang penuh kebijaksanaan dipadu dengan drama, musik, dan seni rupa. Pertunjukkan dibesut oleh dalang yang perannya lebih seperti sutradara, gamelan, serta para pelakon atau pemain untuk memerankan gerak tari, menjadi komponen penting dalam pagelaran ini. Dok. Padepokan Wayang Orang Bharata Potret Tunas Bharata, generasi muda penerus wayang orang Bharata Para lakon juga akan didandani menggunakan kostum dan tata rias sesuai dengan tokoh wayang yang dibawakan, keduanya menjadi identitas “fisik” untuk mencirikan masing-masing karakternya. Hingga kini, pakem-pakem tersebut masih dipertahankan tetapi beberapa mengalami penyesuaian. Namun, ada hal yang berbeda dari pagelaran wayang orang di masa lalu dan di masa kini, menurut Kenthus, salah satu perubahan yang dirasakan yakni adanya perbedaan cerita dan durasi pertunjukan. Baca Juga Bincang Redaksi Racikan Bersantap Keluarga Bupati Jawa Masa Hindia Belanda Jika dahulu wayang orang bisa berlangsung selama 6-8 jam, kini wayang orang dibuat seringkas dan sesederhana mungkin, demi mempertahankan antusiasme penikmatnya. “Durasi sekarang memang dibuat lebih ringkes, artinya cerita yang dibawakan juga lebih banyak yang sekiranya dikenal oleh masyarakat, misalnya cerita Arjuna atau Ramayana,” kata Kenthus. Tetap berjuang di tengah digitalisasi dan pandemi Kehadiran teknologi seolah tak cukup jadi tantangan bagi para pelakon wayang orang, munculnya pandemi membuat pergerakan wayang orang terpaksa meredup, di tengah perjuangan mereka yang ingin terus memperkenalkan wayang orang kepada para generasi muda. “Adanya pandemi, membuat kami jadi terpaksa tertunda berkarya, dahulu, minimal seminggu sekali di malam minggu, kami mengadakan pentas Wayang Orang,” kata Kenthus. Baca Juga Kolaborasi Usaha Rintisan Mampu Tangani Sampah Plastik Pascakonsumsi? Meski begitu, Kenthus menyebut, perjuangan melestarikan wayang orang tetap harus dilakukan. Bermodal belajar teknologi dari para generasi wayang orang muda, Kenthus dan rekan mencoba menjajal peruntungan lewat pagelaran online. “Adanya pandemi, akhirnya membuat pagelaran jadi tutup. Tapi saya dan yang lain tetap optimis untuk melestarikan budaya ini. Apalagi sekarang ada online, ini jadi peluang besar bagi kami,” ujar Kenthus. Perjuangan padepokan Wayang Orang Baratha saat melakukan streaming tak jarang mengalami banyak kendala, salah satunya yaitu menyamakan timing lagu dan gerakan para pelakonnya. Belum lagi dengan kendala lag akibat koneksi, menjadi kisah perjuangan tersendiri. “Yang saya inget itu, waktu mau streaming ternyata jaringannya engga connect, belum lagi nyamain timing dengan yang lain, terasa banget susahnya,” lanjut Kenthus. Baca Juga Manusia Berisiko Tularkan COVID-19 ke Hewan, Perlu Jaga Jarak Beruntung, di tengah kesulitan pelestarian wayang orang, Kenthus mendapat tawaran kerjasama dengan National Geographic Indonesia dan PT Pertamina Persero, untuk mengadakan pagelaran wayang orang bertajuk “Sirnaning Pageblug” – atau bermakna “Hilangnya Pandemi” pada 27 Juni 2020 silam. “Bersyukur kemarin didatengin sama National Geographic Indonesia, kami akhirnya bisa pagelaran lagi dengan sukses, kami semakin antusias untuk terus mengenalkan dan mengajak anak-anak untuk bergabung, apalagi saya sudah cukup tua, waktunya generasi muda yang melanjutkan,” kata Kenthus melalui wawancara telepon dengan redaksi National Geographic Indonesia, Kamis 29/10/2020. Sukses dengan pagelaran seni pertama, serta berhasil mengantongi rekor MURI dalam pagelaran Wayang Orang pertama secara online. Membuat paguyuban Wayang Orang Bharata tergerak untuk mengadakan kembali pagelaran wayang orang ini, salah satunya melalui pagelaran bertajuk Hanoman Duta, yang akan diselenggarakan pada Minggu, 08/11/2020 mendatang. “Pemilihan cerita ini dari kisah Ramayana, tapi bukan yang tua yang main, anak-anak generasi 5 dan 6 yang akan meramaikan. Kalau saya cuma membuat jalan cerita dan mengawasi dari jauh. Biar mereka bisa berkembang sendiri,” tutup Kenthus. Baca Juga Bincang Redaksi 280 Tahun Geger Pacinan, Singkap Arsip VOC dan Persekutuan Cina-Jawa 1740-1743 Tak hanya berfokus pada pelestarian wayang orang, kolaborasi National Geographic Indonesia dan PT Pertamina Persero pun turut mendukung pelestarian Tari Bengkala Bali melalui sanggar Tari Kolok serta Tari Topeng sanggar Mimi Rasinah. Ke depan, berbagai pagelaran serupa juga dapat dinikmati secara online. Untuk tetap menjaga kelestarian budaya wayang orang di tengah modernisasi, Anda bisa ikut berpartisipasi dengan cara menonton langsung pagelaran seni ini melalui laman pendaftaran Hanoman Duta. Mari bergabung dan BerbagiCerita bersama National Geographic Indonesia untuk melestarikan budaya asli Indonesia. Video Pilihan Ikuti perkembangan berita ini dalam topik PERTAMINA
BABI. PENDAHULUAN Wayang adalah salah satu alat atau media tradisional untuk bercerita di Indonesia. Wayang masuk ke Indonesia sejak ajaran Hindu menyebar di seluruh Nusantara. Diperkirakan kesenian ini dibawa masuk oleh pedagang-pedagang yang berasal dari India. Ketika agama Hindu masuk ke Indonesia, wayang menjadi media yang efektif untuk menyebarkan
- Wayang merupakan salah satu bentuk kesenian budaya yang ada di Indonesia. Dilansir dari laman resmi kemendikbud, negara Indonesia setidaknya memiliki 18 jenis wayang yang beraneka ragam. Kedelapan belas jenis wayang tersebut diantaranya, Wayang kulit Purwa, Wayang Golek Sunda, Wayang Orang, Wayang Betawi, Wayang Bali, Wayang Banjar, Wayang Suluh, Wayang Palembang, Wayang Krucil, Wayang Thengul, Wayang Timplong, Wayang Kancil, Wayang Rumput, Wayang Cepak, Wayang Jemblung, Wayang Sasak Lombok, dan Wayang Beber. Wayang sendiri merupakan salah satu seni pertunjukan rakyat yang dimainkan oleh seorang dalang dengan menggerakkan tokoh-tokoh pewayangan yang dipilih sesuai dengan cerita yang dibawakan, begitu yang dikutip dari laman kemendikbud. Cerita-cerita yang dipilih pun bersumber pada kitab Mahabarata dan Ramayana yang mengandung filsafat serta kebudayaan dari Hindu dan India. Meskipun demikian, penerapannya di Indonesia sendiri telah diserap dan disesuaikan dengan kebudayaan di Indonesia. Sekalipun Indonesia memiliki berbagai jenis wayang, ada 4 wayang yang dianggap popular di Indonesia. Keempat wayang tersebut diantaranya sebagai berikut. Wayang BeberDari berbagai jenis wayang di Indonesia, wayang Beber diketahui sebagai wayang tertua di Indonesia. Menurut informasi yang dikutip dari laman wayang jenis ini pertama kali dikenal di Indonesia pada tahun 1223 M tepatnya pada zaman kerajaan Jenggala. Pada masa tersebut, wayang Jenggala dikenal dengan bentuk gambar yang ada di atas daun siwalan atau lontar. Penamaan wayang Beber ini sendiri berasal dari cara memainkannya. Pertunjukan wayang ini dilakukan dengan membeberkan atau membentangkan layar atau kertas yang berupa gambar. Wayang ini dimainkan dengan cara menguraikan cerita lakon melalui gambar yang tertera pada kertas atau layar tersebut. Pada awalnya, wayang Beber menceritakan berbagai kisah dari Mahabarata dan Ramayana. Namun seiring perkembangan zaman, wayang ini mulai menceritakan kisah-kisah sesuai dengan masanya mulai dari kisah-kisah raja di Jawa, kisah-kisah mengenai dakwah Islam, hingga kondisi masyarakat sehari-hari seperti menanggapi dan mengkritisi kondisi masyarakat saat ini dalam bidang politik, pemerintahan, ekonomi, pembangunan dan juga sosial budaya. Wayang Purwa Sama seperti Wayang Beber yang dianggap popular, Wayang kulit jenis ini, juga dikatakan sebagai wayang paling tersohor di Indonesia. Menurut Pandam Guritno 1988 dalam karya Wayang yang dikutip dari laman Kebudayaan Indonesia dan Pancasila menganalisis bahwa ketenaran Wayang Purwa tidak terlepas dari kegemaran dan dukungan masyarakat Jawa yang gemar menggelar pertunjukan dari wayang kulit jenis ini. Sementara itu, wayang ini pertama kali dikenal di Indonesia pada abad ke-11 tepatnya pada masa pemerintahan raja Airlangga. Pada masa tersebut, dikisahkan sang raja mempunyai hasrat membuat wayang purwa karena ia mempunyai minat dan senang pada cerita dan riwayat para nenek moyangnya, tercantum dalam serat Pustakaraja Purwa. Raja kemudian melihat Candi Penataran di Blitar dan melihat arca para dewa dan gambar yang diukir sepanjang tembok batu sekeliling candii yang menceritakan tentang Rama. Ukiran candi inilah yang pada akhirnya memberi inspirasi kepada raja untuk membuat Wayang Purwa. Wayang ini berbentuk pipih dan terbuat dari kulit kerbau atau kambing. Lengan dan kaki dari wayang jenis ini juga dapat digerakkan. Sementara kisah-kisah yang dibawakan seputar cerita Ramayana dan Mahabarata. Wayang kulit Purwa sendiri terdiri dari beberapa gaya atau gagrak seperti gagrak Kasunanan, Mangkunegara, Ngayogjokarto, Banyumasan,Jawatimuran, Kedu, Cirebon, dan sebagainya. Wayang GolekSelain wayang yang dibuat dengan media kulit, terdapat pula wayang yang menggunakan media kayu atau berbentuk tiga dimensi. Wayang tersebut disebut dengan wayang golek. Jika wayang Beber dan wayang purwa lebih banyak tersebar di daerah Jawa bagian Timur dan juga Tengah, maka wayang golek lebih banyak tersebar di kawasan Jawa bagian Barat. Wayang jenis ini diperkirakan telah muncul di Indonesia pada abad ke-17 sebagai bentuk pengembangan dari wayang kulit. Dalam pertunjukan Wayang Golek ini sama seperti pertunjukan wayang lainnya, lakon dan cerita di mainkan oleh seorang dalang. Yang membedakan adalah bahasa pada dialog yang di bawakan adalah bahasa sunda. Pakem dan jalan cerita wayang Golek juga sama dengan wayang kulit, contohnya pada cerita Ramayana dan Mahabarata. Namun yang membedakan adalah pada tokoh punakawan, penamaan dan bentuk dari punakawan memiliki versi tersendiri yaitu dalam versi sunda. Seiring dengan berkembangnya jaman, wayang golek tidak hanya menceritakan tentang kisah Ramayana dan Mahabarata namun juga menceritakan tentang kisah-kisah islami dan hikmah kehidupan sehari-hari. Selain itu pada masa pemerintahan kerajaan Mataram, wayang golek ini justru pernah menjadi media untuk penyebaran agama Islam. Wayang OrangWayang yang cukup popular di Indonesia yang terakhir adalah wayang Orang. Wayang ini merupakan salah satu bentuk seni pertunjukan tradisional Jawa, khususnya Jawa Tengah. Kesenian wayang jenis ini pertama kali muncul pada abad ke-18 di Solo oleh KGPAA Mangkunegoro I. Pada wayang Jenis ini, lakon wayang dimainkan langsung oleh orang yang berdandan seperti penokohan wayang. Kemunculan wayang Orang terinspirasi dari seni drama yang berkembang di Eropa. Keinginan Mangkunegoro I inilah yang pada akhirnya mendasari terwujudkan wayang Orang ini. Keinginannya semakin terwujud ketika di tahun 1899, Paku Buwono X meresmikan Taman Sriwedari sebagai taman hiburan untuk umum, dan pada saat itu ada pementasan pertunjukan wayang orang yang hingga kini tetap bertahan. Sementara cerita yang dimainkan didasarkan pada kisah Mahabrata dan Ramayana yang mengandung pesan moral yang sudah disesuaikan dengan kebudayaan setempat. Baca juga Di Balik Lakon Aji Narantaka dalam Pagelaran Wayang Jokowi Di Balik Unggahan Gambar Wayang di Akun Media Sosial Jokowi - Sosial Budaya Kontributor Syarifah AiniPenulis Syarifah AiniEditor Yantina Debora
WisataMalang terbaru ini, merupakan wahana terbaru di Jawa Timur Park Group. Wahana tersebut pertama kali dikenalkan pada musim liburan natal 2019, menjelang pergantian tahun ke 2020. Milenial Glow Garden adalah salah satu tempat wisata Malang di malam hari. Tempat ini menyajikan berbagai rekayasa cahaya lampu.
Asal-Usul Wayang Jawa Timuran Istilah wayang Jawa Timuran ialah konvensi pertunjukan wayang Kulit di wilayah Brangwetan artinya di seberang timur daerah aliran Sungai Brantas yang secara geografis mengacu pada wilayah pusat pemerintahan Majapahit tempo dulu. Daerah yang dimaksudkan adalah Kabupaten Mojokerto, Jombang, Surabaya Kodya, eks karisedenan Malang Malang, Pasuruhan, Probolinggo dan Lumajang. Istilah Jawatimuran ini diperkirakan muncul sesudah tahun 1965 dan semakin populer sekitar tahun 1970 –an seiring dengan didirikannya Pendidikan Formal Sekolah Karawitan Konservatori Surabaya. Tentang istilah yang digunakan untuk menyebut seni pedalangan atau pewayangan di Jawa Timur, sebenarnya di Surabaya khususnya, telah memiliki istilah yang telah lama popular yaitu dengan penyebutan Wayang Jekdong suatu istilah yang bersumber dari bunyi kepyak =Jeg yang berpadu dengan bunyi kendhang bersama Gong Gedhe. Ada lagi yang menyebut Wayang Dakdong bunyi kendhang dengan bunyi gong besar, yang terjadi ketika sang dalang melakukan kabrukan tangan berantem di awal adegan perangan. Namun istilah tersebut tak bisa merata di seluruh kawasan etnis Jawa Timuran di luar kota Surabaya karena sebutan tadi timbul bukan dari para seniman dalang itu sendiri tapi dimungkinkan istilah lama itu timbul dari suara penonton, konon istilah ini dilansir oleh dalang terkenal Ki Nartosabdo. Justru bagi dalang yang lebih tua, mendengar sebutan wayang jekdong atau dakdong merasa direndahkan diejek. Dilihat dari bahan, peralatan, maupun pertunjukannya secara fungsional tidak berbeda jauh dengan Seni Pedalangan versi daerah lain Surakarta, Yogjakarta. Namun secara detail terdapat perbedaan baik seni rupa wayang, karawitan, cerita maupun penampilan yang bersifat kedaerahan Secara teritorialnya Seni Pedalangan Jawatimuran dapat dibagi menjadi 4 versi kecil yakni Versi Lamongan meliputi Kabupaten Lamongan dan sekitarnya, sering disebut gaya pasisiran . Versi Mojokertoan, meliputi Kabupaten Jombang, Kabupaten Mojokerto dan sekitarnya. Versi Porongan, meliputi daerah Kabupaten Sidoarjo, Surabaya dan sekitarnya. Versi Malangan, meliputi Kabupaten Malang dan sekitarnya. Ke-4 versi tersebut mempunyai ciri-ciri yang berbeda, namun perbedaannya sangat kecil, kecuali versi Malangan yang terpengaruh oleh kesenian topeng yang gamelan menggunakan nada pelog. Ciri Wayang Jawatimuran Menurut Jumiran Ranta Atmaja, ada enam ciri khas wayang Jawatimuran yakni Dalam pergelaran wayang kulit gagrag Jawatimuran mempunyai karakteristik tersendiri dengan memiliki empat jenis pathet, yaitu pathet Sepuluh 10, pathet Wolu 8, pathet Sanga 9, dan pathet Serang, sedangkan di Jawa Tengah lazim mengenal tiga pathet, yaitu pathet Nem 6, pathet Sanga 9, dan pathet Manyura. Fungsi kendang dan kecrek sebagai pengatur irama gending amat dominan. Kultur wayang Jawa Timuran dipilah dalam beberapa subkultur yang lebih khas, mengacu ke estetika etnik keindahan tradisi lokal yakni subkultur Mojokertoan, Jombangan, Surabayan, Pasuruhan dan Malangan. Konvensi pedalangan Jawa Timuran hanya menyajikan dua panakawan yakni Semar dan Bagong. Konvensi ini taat pada cerita relief candi Jago Tumpang cerita Kunjarakarna, punakawan hanya dua Semar dan Bagong. Dalam seni tradisional yang lain, punakawan juga dua orang yakni Bancak dan Doyok atau cerita Damarwulan hanya dua yakni Sabdopalon dan Naya Genggong. Dalang Jawa Timuran tidak menyajikan adegan Gara-Gara secara khusus yakni munculnya Semar, Gareng, Petruk dan Bagong pada tengah malam. Kemunculan punakawan dan adegan lawak disesuaikan dengan alur cerita atau lakon yang dipentaskan. Bahasa dan susastra pedalangan Jawa Timuran amat dominan didukung oleh bahasa Jawa dan dialek lokal Jawa Timuran. Maka munculah bentuk sapaan Jawa Timuran, misalnya arek-arek, rika, reyang. Pada awal pertunjukan ki dalang mengucapkan suluk Pelungan. Suluk Pelungan terkait dengan doa penutup pada adegan tancep yang diucapkan ki dalang yang isinya ki dalang memperoleh berkah dan keselamatan dalam menggelar kisah kehidupan para leluhur. pemilik hajat semoga dikabulkan permohonannya, niat yang suci/tulus dalam selamatan tersebut. Para pendukung pertunjukan wayang para pengrawit, biyada, dan sinoman serta semua penonton selalu rahayu, selamat sesudah pementasan tersebut berakhir Fungsi Wayang Kulit Jawatimuran Keberadaan wayang Jawa Timuran dapat bertahan hingga saat ini karena adanya beberapa faktor baik unsur internal maupun eksternal. Unsur internal meliputi para seniman pedalangannya baik dalang, nayaga maupun sinden. Sedang unsur eksternal adalah para penonton atau pendukung wayang kulit itu sendiri. Bertahannya pergelaran wayang kulit Jawa Timuran karena secara sosial masih fungsional. Keterkaitan antara unsur internal yang terdiri dari komunitas dalang dan para pendukungnya masih sangat kuat, sehingga keberadaan wayang sebagai sebuah anasir budaya masih dibutuhkan keberadaannya. Fungsi sosial wayang kulit Jawa Timuran masih terus bertahan mengikuti dinamika perkembangan zaman. Bagi masyarakat Jawa Timur, wayang masih dianggap penting diantaranya untuk ruwat sukerta, haul, sunatan, bersih desa dll. Dalang Sebagian besar dalang Gaya Jawa Timuran belajar dengan cara nyantrik’ kepada dalang senior, sekalipun ada beberapa dalang yang sebelum nyantrik belajar secara formal di sekolah atau membaca , namun untuk benar-benar terjun sebagai dalang Jawa Timuran masih diperlukan proses nyantrik. Profesi dalang merupakan pekerjaan untuk mencari nafkah, sehingga terjadi persaingan diantara para dalang. Maka sebelum tahun 1970 masih sering terjadi perang batin santet antar dalang. Namun mulai tahun 1989 setelah berdirinya Paripuja Paguyuban Ringgit Purwa Jawa Timuran yakni wadah untuk mempersatukan para dalang maka dalang mulai bersatu dan bersaing secara sehat. Dan secara rutin mengadakan pentas secara periodik. Wardono 4 Juni 2013. Perkembangan Wayang Jawatimuran Seni Pedalangan Jawa Timuran atau Wayang Jawa Timuran, pada masa sekarang masih hidup dan berkembang. Namun perkembangannya terbatas dalam kawasan etnis seni budaya daerah Jawa Timuran, di antaranya di wilayah Kabupaten Jombang, Mojokerto, Malang Pasuruan, Sidoardjo, Gresik, Lamongan dan di pinggiran kota pun sebagian besar berada di desa-desa, bahkan ada yang bertempat di pegunungan. Melihat daerah propinsi Jawa Timur yang begitu luas dan jumlah penduduk yang sangat padat itu, berarti kehidupan seni Pedalangan Jawa Timuran tersebut hanya berada dalam wilayah yang sangat sempit. Sedang arus kesenian dari daerah lain mengalir ke Jawa Timur dengan sangat derasnya, termasuk seni Pedalangan gaya Surakarta dan Yogyakarta. Demikian pula seni budaya dari negara lain pun tidak ketinggalan hadir di tengah-tengah masyarakat Jawa Timur begitu cepat dan mudah berkembang. Dengan masuknya seni budaya dari luar akan berpengaruh besar terhadap masyarakat untuk tidak mencintai seni budaya daerah setempat. Dalam hal ini terutama kesenian daerah Jawa Timur dengan mudah akan tersingkir, atau setidak-tidaknya akan menghambat kesenian daerah setempat di dalam pelestarian berikut pengembangannya. Menurut Jumiran Rantaatmaja atas dasar pengaruh-pengaruh seperti tersebut diatas, maka tidak sedikit orang menyatakan bahwa hal itulah yang akan mempercepat proses kemunduran sementara orang mengkhawatirkan terhadap kepunahannya, bila tidak ada usaha-usaha pembinaan dari pihak yang berwenang atau yang merasa handarbeni. Hanya usaha pembinaan itulah yang diharapkan oleh para seniman dalang Jawatimuran, yang sebagian besar terjadi dari rakyat kecil. Pergelaran-pergelaran yang diadakan secara rutin patut kita junjung tinggi, namun hal ini belum merupakan suatu pelestarian, sebab sesuai pertunjukan tanpa ada bekas-bekasnya. Tak ada lagi pembicaraan, perenungan ataupun permasalahan apa-apa, lebih-lebih sampai pada pembinaan. Dalam pengembangan Wayang Jawatimuran terdapat berbagai kendala yang sifatnya internal yakni kurangnya keterbukaan diantara para dalang. Para dalang sangat tertutup untuk membicarakan pedalangan Jawatimuran baik cerita maupun unsur-unsur lainnya. Hal ini disebabkan antara lain, takut salah, dan takut ditiru orang lain karena berhubungan dengan ekonomi. Namun sejak tahun 1994 para dalang jawa Timuran mulai terbuka dan mau menggali informasi dan pada tahun 1990 an pemerintah sudah memfasilitasi kegiatan pewayangan lewat festival. Wardono 4 Juni 2013. Seiring munculnya televisi dan layar tancep tahun 1985 prekwensi pedalangan Jawa Timuran mengalami penurunan. Namun sejak tahu 1997 sejak reformasi prekwensi pedalangan Jawa Timuran mengalami peningkatan sangat tajam. Wardono 4 Juni 2013. Unsur Pertunjukan Wayang Kulit Jawa Timuran Cerita/Lakon Pada dasarnya pertunjukan wayang tidak dapat lepas dari lakon, karena lakonlah yang mengungkapkan hal ihwal perilaku utama itu sendiri Poespowardoyo 1978 119. Kata lakon berasal dari bahasa Jawa, yaitu dari kata laku mendapat akhiran-an. Bentukan demikian dalam bahasa Jawa banyak jumlahnya,umpamanya tuju-an menjadi tujon, tuku-an menjadi tukon, babu-an menjadi babon, sendhu-an menjadi sendhon dan sebagainya Soediro satoto 1985 13 Menurut Bambang Murtiyoso, pengertian lakon dalam dunia pedalangan mempunyai makna yang berbeda-beda bergantung pada konteks pembicaraannya. Lakon dapat berarti tokoh utama pada peristiwa di dalam sebuah cerita yang disajikan. Pengertian lakon ini tersurat dalam pertanyaan lakone sapa lakonya siapa? Istilah lakon juga dapat berarti alur cerita, hal ini dapat diketahui dengan pertanyaan lakone kepriye lakonnya bagaimana ? Arti lain lakon adalah judul repertoar cerita yang disajikan, seperti yang terkandung dalam pertanyaan lakone apa? 199220. Bertitik tolak dari pengertian lakon di atas, sumber lakon yang dipakai dalam wayang Kulit Jawatimuran adalah Ramayana dan Mahabharata. Disamping itu juga berkembang Lakon Carangan, dan Carang Sedapur. Contoh lakon carangan seperti wahyu Saptorojo, Wahyu Makutharaja, Togog mBalelo, Wahyu Sidomukti. Wahyu Hidayatjati dll. Dalam wayang Jawa Timuran juga terdapat Lakon Jabur yakni menggabungkan lakon Mahabharata dengan cerita Menak yakni dalam lakon “Perkawinan Angkawijaya dengan Dewi Kuraisin”. Menurut Wisma Nugraha, kekhasan tradisi pakeliran gaya Jawa Timuran selain aspek bahasa dialeg Jawa Timuran adalah kekuatan tradisi lisannya.. Sebagian besar dalang Gaya Jawa Timuran belajar dengan cara nyantrik’ kepada dalang senior, sekalipun ada beberapa dalang yang sebelum nyantrik belajar secara formal di sekolah atau membaca, namun untuk benar-benar terjun sebagai dalang Jawa Timuran masih diperlukan proses nyantrik karena sumber lakon pakeliran gaya Jawa Timuran sebagian besar masih tersimpan di dalam dunia pergelaran lewat kuasa, memori dan sanggit dalang. Dari berbagai sumber lesan tersebut olek dalang Ki Surwedi dikumpulkan dan ditulis dalam sebuah buku dengan judul “Layang Kandha Kelir” yang bersumber dari cerita lisan yang beredar di komunitas penggemar wayang kulit Gaya Jawatimuran yang telah melembaga 2010 ix Bahasa Bahasa yang digunakan dalam pertunjukan Wayang Jawatimuran tidak lepas dari bahasa Jawa Timuran , yang dianggap bukan Bahasa Jawa baku. Ciri khas Bahasa Jawa Timuran adalah egaliter, blak-blakan, dan seringkali mengabaikan tingkatan bahasa layaknya Bahasa Jawa Baku, sehingga bahasa ini terkesan kasar. Namun demikian, penutur bahasa ini dikenal cukup fanatik dan bangga dengan bahasanya, bahkan merasa lebih akrab. Bahasa Jawa Dialek Surabaya dikenal dengan Boso Suroboyoan. Seperti ora – nggak tidak sliramu - poro/riko kamu piye/dospundi - yak opo bagaimana dalan – embong jalan bocah-bocah - arek-arek anak-anak rampung – mari selesai kenopo – lapo kenapa arep nyangdi - kate ndi akan kemana teng – nang ke kidul – kedul mulih – moleh pulang kowe – kon kamu Sedang suara tokoh wayang biasanya disesuaikan dengan nada gamelan misalnya Janaka memakai nada 6 gedhe Puntadewa nada 2 Werkudara nada 3 atau 5 Nakula 5 Sadewa nada 1 tinggi Kresna nada 1 tinggi dan 6 kecil Dalam pertunjukan wayang Jawa Timuran ada tokoh-tokoh tertentu yang menggunakan basa wantilan berbeda dengan tokoh wayang yang ada di Surakarta seperti Drona Aco bopo, kaceplus, pindang bulus, enak encus, waluh gembol monyor-monyor, gedebog basah kunyur-kunyur. Sengkuni Sareran-sareran bejane, bubutan dowo, bok awur-awur. Narada Aco bopo, kedeklik bongla-bangle 2 x, anak putu kito, mangan jangan gude, gedhene sak gundul-gundul, biang semprong, mati kobong, legiya-legiye, mangan srebe entek sak tempek, uthuk uber-uber 2 x. Togog Korobeyang-korobeyung, budal neng gunung oleh-olehe kenthang sak karung, ketebar-ketebur, eh-eh. Semar Au sabar awir-owar, wayang wedok ndangak, e lae dikethok koyo lombok, di tugel koyo galeng, dirajang koyo brambang, diiris koyo tomis. Tingkatan bahasa yang digunakan dalam percakapan wayang kulit, menunjukan perbedaan derajat antara seorang anak terhadap orang tua atau sifat kaula terhadap gusti pengagung dan sebagainya seperti Bahasa ngoko yaitu bahasa yang digunakan untuk berbicara dengan orang sebaya yang sudah akrap atau kepada orang yang lebih muda yang tidak sederajat. Bahasa madya yaitu bahasa ngoko yang kecampur dengan bahasa krama, digunakan untuk pergaulan denga orang yang belum akrab. Bahasa krama yaitu bahasa yang digunakan pada orang yang sebih dihargai, baik orang tua, pimpinan atau orang muda yang berderajat. Bahasa krama inggil yaitu bahasa halus untuk orang yang sangat dihargai, misalnya menghadap raja, pengagung dan sebagainya. Bahasa kedaton yaitu bahasa para sentana atau abdi keraton yang digunakan untuk dialog dengan sesama dihadapan seorang raja dalam keraton. Bahasa Kawi sansekerta yaitu bahasa yang sangat halus dan digunakan untuk tetembangan dan tembang suluk dalam adegan wayang Sabet Dalam wayang Jawatimuran terdapat beberapa sabet perang antara lain Perang dugangan/gagahan yakni perang antara Gatutkaca dengan tokoh sabrang. Dalam perang ini terdapat beberapa bentuk sabetan Gatutkaca yakni dali nyampar banyu, jagur dan Sikatan nyember walang. Perang alus digunakan untuk tokoh wayang bambangan Perang sidang atau perang penjalin pinentang seperti Arjuna dengan sabrang bagus Perang Tholi Thothit atau Perang Candu Cinukit yakni digunakan untuk perang Bagong dengan tokoh lain. Gending/lagu Struktur penggunaan gending dalam wayang Jawa Timuran Gending ayak 10 dalang mulai masuk panggung Dalang mulai memukul kotak, gending gandakusuma Kalau dalam adegan jejer ada tamu, gending gedog tamu Jebol panggung, gending sapujagat, gagak setro atau gedog rancak. Kalau raja sabrang gending jula-juli Ajar kayon, gending ayak Paseban Jobo, gending ayak arang Perang, ayak kerep dan alap-alap Goro-goro, gending norosolo, lambang, dudo bingung Begal buto, ayak Adegan kraton, gunungsare, jonjang, perkutut manggung, samirah, cokronegoro, luwung Perang, ayak songo, Serang, ayak serang. Seni Rupa Wayang Jawa Timuran Pengertian rupa wayang adalah wayang ditinjau dari sudut estetika seni rupa. Wayang merupakan ungkapan seni melalui bentuk, ukuran, komposisi, warna dan ornament-ornamen serta pola-pola dan model ragam hias tradisional yang diinspirasikan oleh cerita yang bersumber dari India seperti Mahabharata, Ramayana serta sumber-sumber ceritera lainnya. Dari sumber cerita wayang, lahirlah tokoh-tokoh berujud boneka dengan karakter tertentu, yang dibuat dari berbagai bahan antara lain kulit, kayu, kain, logam, tanduk dan ada juga kombinasi antara beberapa bahan. Sebagai sebuah karya seni, tokoh-tokoh itu dihias dengan ornament dan ragam hias yang khas dengan suatu teknik dan garapan seni yang tunduk pada kaidah-kaidah estetika seni rupa baik dalam bentuk, komposisi, ukuran dan warnanya. Bentuk dan corak wayang kulitnya condong pada gaya Yogyakarta, terutama wayang perempuan putren. Hal ini membuktikan bahwa sejak runtuhnya kerajaan Majapahit, kebangkitan kembali wayang kulit Jawatimuran dimulai sebelum terjadinya perjanjian Giyanti yang membagi kerajaan Mataram menjadi Kasultanan Yogyakarta dan Kasunanan Surakarta. Konon tercatat bahwa wayang gagrag Surakarta merupakan perkembangan kemudian setelah perjanjian Giyanti terlaksana. Ciri khas wayang kulit Jawatimuran yang mencolok terdapat pada beberapa tokoh wayang yang mengenakan busana kepala irah-irahan gelung yang dikombinasi dengan makutha topong atau kethu dewa. Ciri lain terdapat pada tokoh wayang Bima dan Gathotkaca, yang di Jawa Tengah berwajah hitam atau kuning keemasan, namun di Jawa Timur berwajah merah. Beberapa tokoh dalang Jawatimuran menyatakan bahwa warna merah bukan berarti melambangkan watak angkara murka namun melambangkan watak pemberani. Selain itu tokoh wayang Gandamana pada wayang Jawa Tengah memiliki pola penggambaran karakter wanda yang mirip dengan Antareja atau Gathotkaca, tetapi pada wayang kulit Jawatimuran Gandamana tampil dengan wanda mirip Dursasana atau Pragota. Perbedaan yang paling mencolok antara wayang Jawa Timuran dengan Solo atau Jogja adalah pada pewarnaan yang saling bertolak belakang. Jika Solo dan Jogja dominan menggunakan warna merah kekuningan dan menghindari hijau kebiruan namun justru wayang Jawa Timuran justru menggunakan warna yang dibenci’ dengan mengunggulkan warna biru, biru dengan aksen tersebut banyak tidak dipahami oleh penatah wayang Jawa Timuran maupun komunitas pedalangan. Padahal wayang pesisiran seperti yang pernah berkembang di Gresik, Surabaya, Lamongan, Sidoarjo dan sekitarnya umumnya berwarna hijau kebiruan. Selain segi pewarnaan terdapat perbedaan pada wayang Solo, Jogja atau Jawa Tengahan yang dilengkapi peran punakawan atas Semar, Petruk, Gareng dan Bagong maka pada wayang Jawa Timuran formasinya terdiri atas Semar, Bagong dan Besut. Disamping itu pada Wayang Jawa Timuran terdapat tokoh khas antara lain Klamat Harun pengikut tokoh kanan seperti Gatutkaca, Antarja, Anoman dll Mujeni dan Pak Mundu pengikut tokoh kiri bila tidak ada Togog dan Bilung Setiap kera bermata 2 meskipun Dewi Anjani Ciri khas seni rupa wayang Jawa Timuran lainnya dari anatomi tubuhnya, tatahan maupun sunggingan antara lain Dodot bermotif kawung Sampur depan ndugang Lubang mata lebih sipit dibanding gaya Solo Kumis seperti pancing Gelung tidak sambung Kalung ditatah bubukan Talipraba tumpuk dua Celana untu walang Pelemahan polos merah Tatahan lebih agal Ulur-ulur pecah tengah Wanda Wanda dapat ditafsirkan sebagai pengejawantahan melalui bentuk wayang yang menggambarkan dasar lahir batin dalam kondisi mental dasar dari pribadi tertentu dalam seni rupa wayang kulit purwa dilukiskan dengan pola-pola pada mata, hidung, mulut, warna wajah/muka, perbandingan dan posisi ukuran tubuh, dan juga oleh suaranya yang dibawakan oleh dalang Suasana batin/mental pada setiap watak dilukiskan melalui ekspresi raut muka/wajah, nuansa warnanya proporsi panjang garis yang menghubungkan titik-titik tertentu pada tubuh dan besarnya sudut-sudut tertentu. Namun bagi mereka yang baru mulai mempelajari hal ini , barangkali agak sulit juga untuk membedakan suasana-suasana batin ini satu demi satu. Secara sederhana, tingkat-tingkat suasana batin tersebut dapat dikategorikan sebagai berikut lega atau berkenan merdika atau bebas/netral suka atau gembira/bahagia duka atau marah sungkawa atau sedih/muram. Dengan cara mengolah dan merubah nuansa-nuansa warna pada wajah sudut-sudut tertentu, proporsi setiap garis, pembuat wayang dapat menyalurkan maksudnya dalam mengekspresikan suasana batin dari pada watak dasar yang dimaksudkan. Ada pula sejenis wanda yang disebut wanda kaget wanda yang mengekspresikan rasa terkejut yang digunakan pada tokoh Baladewa,. Sayang sekali wanda ini tidak dibakukan secara pasti dan universal, sehingga perbedaan-perbedaan suasana batin ini hanya berlaku terbatas pada suatu kelompok tertentu, atau setidak-tidaknya pada beberapa kelompok dalam satu aliran/mazhab pedalangan. Menurut Wardono pada wayang kulit Jawa Timuran, hanya ada beberapa tokoh wayang yang mempunyai wanda antara lain Arjuna wanda mbethuthut susah dengan ciri-ciri muka agak tunduk lurus, warna muka hitam Arjuna wanda kemanten seneng dengan ciri-ciri muka agak ndangak, warna muka hitam Gatutkaca kedukan wedi/takut dengan ciri-ciri muka nunduk, jangkah agak lebar Dursasana wanda girap dengan ciri-ciri muka lurus, hidung besar, warna orange Baladewa wanda geger dengan ciri-ciri warna putih, kaki jangkah Daftar Pustaka Bambang Harsrinuksmo dkk, 1999 Ensiklopedi Wayang Indonesia. Jakarta Sekretariat Nasional Pewayangan Indonesia. Gorys Keraf Ekspedisi dan Deskripsi. Ende-Flores PT. Nusa Indah Gottschalk, Louis Mengerti Sejarah. Terjemahan Nugroho Notosusanto. Jakarta UI Press. Mulyono, S Wayang, Asal-usul, Filsafat dan Masa Depannya. Jakarta PT. Gunung Agung Murtiyoso, Bambang “Pertumbuhan Dan Perkembangan Seni Pertunjukan Wayang” Laporan Penelitian Nanang Henri Riyanto “Wayang Timplong Nganjuk, Asal usul dan kehidupannya” .Skripsi Sutopo, 1988 “Teknik Pengumpulan Data dan Model Analisisnya dalam Penelitian Kualitatif”. Makalah Ceramah STSI Surakarta. Umar Kayam Seni Tradisi Masyarakat. Jakarta Sinar Harapan. Surwedi 2010 Layang Kandha Kelir. Bantul Lembah Manah Surwedi 2007 Layang Kandha Kelir, Yogyakarta Bagaskara -Forlanda Wayangsemar telah populer di kalangan masyarakat Indonesia khususnya Jawa dengan karakternya yang lucu dan pereda ketegangan penonton pada pementasan wayang. Namun tidak banyak orang tahu, bagaimana sebenarnya sejarah tokoh semar. Kami akan membagikan ulasan semua tentang wayang semar dari sejarah, watak dan sifat semar, Gaya Seni Rupa, Teknik Pembuatan, Bahan Karya, Seni Rupa Murni, Bentuk Karya Seni Rupa Murni, Daerah Setempat Pengaruh Budaya Terhadap Karya Seni Daerah Setempat Sebagaimana yang telah diketahui bahwa tema karya seni rupa salah satunya dipengaruhi oleh sosial budaya. Oleh sebab itu, keragaman budaya di negara kita sangat mendorong munculnya berbagai tema seni rupa murni yang dihasilkan. Sebagai contoh, lukisan wayang di Jawa yang banyak mengambil cerita Panji. Cerita Panji berasal dari budaya Jawa sehingga tidak mengherankan bila tema lukisan wayang beber di Jawa banyak mengambil cerita tersebut. Lukisan wayang di Jawa terkenal dengan sebutan wayang beber dan merupakan bentuk wayang tertua. Pertama kali wayang digoreskan pada daun tal dan selain mengambil tema cerita Panji juga mengambil tema dari cerita Ramayana dan Mahabharata. Sementara itu, pelukis tradisional di Bali banyak mengambil cerita Ramayana dan Mahabharata daripada cerita Panji. Hal ini dikarenakan kedua epos tersebut lekat dengan budaya orang Bali yang mayoritas beragama Hindu. Tokoh-tokoh penting dalam lukisan wayang di Bali adalah tokoh utama, seperti Arjuna dan Rama. Tokoh-tokoh tersebut dapat dikenali melalui sistem rincian ikonografi. Misalnya, tokoh Arjuna memiliki kulit warna emas, tubuh langsing, gaya tatanan rambut atau mahkota rumit, mata berbentuk buah ketapang, dan bulu badan tipis. Jadi, lukisan wayang di daerah Bali dan Jawa memiliki kecenderungan mengambil tema yang khas dengan budaya setempat. Akan tetapi, sebagian juga memiliki kesamaan dalam mengadopsi epos Ramayana dan Mahabharata. Keunikan-keunikan karya seni rupa daerah lainnya dapat kalian temukan dengan mengapresiasinya. Keunikan karya seni tiap daerah merupakan kekayaan seni budaya yang patut dibanggakan. Lukisan Karya Basoeki Abdullah yang bertemakan kegiatan di pasar malam. Gaya dalam Karya Seni Rupa di Daerah Setempat Pada cerita di awal bab kita telah menyinggung tentang guru seni rupa yang memberikan tugas menggambar hasil pengamatan saat bertamasya ke taman. Hasil yang diperoleh adalah berbagai corak lukisan dikumpulkan siswa. Perbedaan corak tersebut ditentukan oleh perbedaan pengalaman dan pandangan terhadap suatu objek. Selain itu, perbedaan itu muncul karena pilihan teknik, bahan, dan cara pengungkapan yang digunakan. Perbedaan cara pengungkapan, teknik dan bahan inilah yang membuat perbedaan gaya dalam seni rupa. Secara garis besar, di dalam seni rupa dikenal dua corak dalam pengungkapan gagasan menjadi karya seni, yaitu sebagai berikut. a. Corak figuratif, yaitu corak yang menggunakan figur-figur benda yang telah ada, seperti manusia, binatang, tumbuhan, dan sebagainya. Corak figuratif mengambil bentuk suatu figur, kemudian dikembangkan dalam daya kreatifnya. Akan tetapi, corak figur itu tetap masih terlihat. b. Corak nonfiguratif, yaitu corak yang tidak mengambil figur yang ada di alam. Corak ini biasanya disebut sebagai corak abstrak. Corak nonfiguratif mumi berujud bentuk baru hasil imajinasi seniman. Oleh karena itu, untuk mengetahui tema yang terdapat dalam suatu karya seni sangat sulit. Yang paling tahu apa isi dari karya seni tersebut hanyalah senimannya sendiri. Corak seni rupa daerah juga memiliki kekhasan masing-masing. Kekhasan gaya atau corak yang digunakan tidak terlepas dari pengaruh budaya tiap daerah. Sebagai contoh, karya seni lukis di daerah Yogyakarta tentu memiliki corak yang berbeda dengan karya seni lukis daerah Cirebon. Misalnya, batik Yogyakarta berbeda coraknya dengan corak batik Cirebon. Contoh lainnya, seni lukis daerah Yogyakarta pada tahun 1970-an cenderung menggunakan gaya realisme nonromantisme. Subjek-subjek yang dilukis di antaranya adalah gambaran suasana hiburan desa, pemandangan pedesaan serta pasar, dan gambaran kehidupan rakyat sehari-hari. Gambaran kehidupan rakyat tersebut sangat mewakili kehidupan rakyat setempat. Sementara itu, pada tahun 1980-an minat seniman menggunakan gaya realis secara surealis berkembang. Secara bersamaan, gaya abstrak juga mengalami kemajuan. Seni tradisional dijadikan pijakan dalam pengembangan seni abstrak. Itulah beberapa gaya yang digunakan seniman di Yogyakarta pada tahun 1970-an dan 1980-an. Di daerah lain, seniman memiliki gaya khas dan keunikan yang tentunya berbeda. Teknik Pembuatan dan Bahan Karya Seni Rupa Murni Daerah Setempat Selain tema dan gaya atau coraknya yang beragam, teknik pembuatan karya seni rupa mumi di tiap daerah tentunya juga memiliki kekhasan masing-masing. Sebagai contoh, seni lukis wayang di Bali memiliki keunikan dalam teknik pelukisannya, yaitu tahapan pelukisannya. Tahap penting dilakukan oleh pelukis utamanya, pewarnaan awal dilakukan seniman pemula atau anggota keluarganya, dan sentuhan akhir diberikan oleh sang empu lndonesian Heritage Seni Rupa. Sementara itu, di Jawa Timur, lukisan wayang pertama kali menggunakan daun tal. Di Cirebon terdapat keunikan teknik dan bahan dalam melukis, yaitu seni lukis kaca. Disebut seni lukis kaca karena media yang digunakan adalah kaca. Kaca digunakan sebagai kanvas, sedangkan bahan untuk melukis menggunakan cat kayu. Contoh-contoh tersebut hanya sebagian kecil saja dari keunikan yang ada dalam seni rupa mumi daerah. Kalian dapat memerhatikan karya seni rupa dari daerah masing-masing untuk mengetahui keunikannya. Bentuk Karya Seni Rupa Murni Daerah Setempat Berdasarkan dimensi atau ukurannya, bentuk karya seni rupa dibedakan sebagai berikut. a. Seni Rupa Dua Dimensi Seni rupa dua dimensi adalah karya seni rupa yang memiliki ukuran panjang dan lebar. Bentuknya berupa bidang. Contohnya adalah lukisan, karikatur, batik, ilustrasi, dan grafis. Contoh karya seni rupa mumi yang berbentuk dua dimensi adalah lukisan. b. Seni Rupa Tiga Dimensi Karya seni rupa tiga dimensi memiliki ukuran panjang, lebar, dan tinggi sehingga bentuknya bangun atau ruang. Contoh karya seni rupa tiga dimensi adalah patung, bangunan, keramik, dan seni instalasi. Contoh karya seni rupa murni yang berbentuk tiga dimensi adalah patung. c. Seni Relief Seni relief berada di antara seni rupa dua dimensi dan seni rupa tiga dimensi. Seni relief memiliki ketebalan, tetapi hanya dapat dinikmati dari satu arah muka.

Wayangkulit purwa telah dikenal sejak lama di Indonesia, setidaknya sejak abad kesepuluh, dengan sebutan “ringgit.”Pada waktu itu belum diketahui wujud wayang kulit purwa, tetapi cerita yang dibawakan mengambil serat Harjuna Wiwaha (Mahabarata).Bahan baku yang digunakan untuk membuat wayang adalah jenis kulit binatang yang disebutnya dengan

Surɔˈkartɔ atau Solo bahasa Jawa. Terdapat 3 gua utama di sini satu gua yang kecil. Wayang Sebagai Inspirasi Berkarya Seni Lukis Pada Media Kayu Eduarts Jurnal Pendidikan Seni Surakarta pengucapan bahasa Jawa. . Candhi Prambanan adalah kompleks candi Hindu terbesar di Indonesia yang dibangun pada abad ke-9 masehi. Repubblica italiana ialah sebuah negara yang terletak di Eropah selatan tengah. Di selatan wilayahnya merangkumi seluruh Semenanjung Itali Sicily Sardinia dua pulau terbesar. Candi Prambanan atau Candi Roro Jonggrang bahasa Jawa. Pariwisata di Indonesia merupakan sektor ekonomi penting di IndonesiaPada tahun 2009 pariwisata menempati urutan ketiga dalam hal penerimaan devisa setelah komoditas minyak dan gas bumi serta minyak kelapa sawit. Itali bersempadan dengan Perancis Switzerland Austria dan Slovenia sepanjang pergunungan Alps di utara. Candi ini dipersembahkan untuk Trimurti tiga dewa utama Hindu yaitu dewa Brahma sebagai dewa pencipta dewa Wisnu sebagai dewa pemelihara dan dewa Siwa. Kompleks gua di Batu Caves dipercayai berusia lebih 400 juta tahun lamanya. Penangkapan Pangeran Diponegoro bahasa Belanda. Berdasarkan data tahun 2016 jumlah wisatawan mancanegara yang datang ke Indonesia sebesar 11525963 juta lebih atau tumbuh sebesar. Sala pengucapan bahasa Jawa. Gunung Tangkuban Parahu Aksara Sunda Baku. ᮌᮔ ᮒᮊᮘᮔ ᮕᮛᮠ Latin. Keutuhan tersebut menjadi dasar dalam perumusan kompetensi dasar tiap mata pelajaran sehingga kompetensi dasar tiap mata pelajaran mencakup kompetensi dasar kelompok sikap kompetensi dasar kelompok pengetahuan dan kompetensi. Gevangenname van Prins Diponegoro adalah sebuah lukisan 1857 karya Raden Saleh yang menggambarkan ditangkapnya Pangeran Diponegoro oleh Letnan Jenderal Hendrik Merkus de Kock pada 28 Maret 1830. Kurikulum 2013 dirancang untuk memperkuat kompetensi peserta didik dari sisi pengetahuan keterampilan dan sikap secara utuh. إيتالي atau nama rasminya Republik Itali bahasa Itali. Adalah kota di Jawa Tengah Indonesia dengan penduduk 522364 jiwa dan kepadatan 1186100km 2. Sungai Airlele konon bersumber dari Buquet China Erédia mencatat bahawa kota ini didirikan oleh Permicuri Parameswara yakni raja pertama. Gunung Tangkuban Parahu adalah salah satu gunung yang terletak di Provinsi Jawa Barat IndonesiaSekitar 20 km ke arah utara Kota Bandung dengan rimbun pohon pinus dan hamparan kebun teh di sekitarnya Gunung Tangkuban Parahu mempunyai ketinggian setinggi 2084 meter. Menurut sejarawan Portugis abad ke-16 Manuel Godinho de Erédia 1563-1623 tempat kota lama Melaka mendapatkan namanya dari pokok melaka yang tumbuh di sepanjang tepian sebuah sungai bernama Airlele Ayer Leleh. Tidak hairanlah ramai pelancong yang pertama kali melancong di Selangor sangat berminat berkunjung ke sini untuk melihat sendiri keunikan struktur Gua Batu Caves. Kota dengan luas 4404 km 2 ini berbatasan dengan Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Boyolali di. Pada tahun 1829-1851 Raden Saleh di bawah naungan pemerintah Hindia Belanda tinggal di Eropa di. Pdf Hikayat Purasara Komunikasi Visual Ilustrasi Wayang Pada Naskah Sastra Betawi Akhir Abad 19 Salinan Muhammad Bakir Lukisan Wayang Di Jawa Timur Pertama Kali Menggunakan Media Ke 4 1366x768 Px Aissadione Wayang Sebagai Inspirasi Berkarya Seni Lukis Pada Media Kayu Pdf Free Download Apa Tempat Wisata Tersembunyi Hidden Gem Yang Belum Diketahui Oleh Banyak Orang Tapi Menarik Di Kota Jakarta Quora Katalog 700 Pdf Kumpulan Contoh Judul Skripsi S1 Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia Unnes Newbie Master Jual Lukisan Wayang Jakarta Barat Furnitures Kitchen Set Tokopedia Kisah Sunan Bonang Yang Berdakwah Dengan Gamelan Orami Uzu S Journal 90 Tempat Menarik Di Selangor Edisi 2022 Panduan Bercuti Lukisan Wayang Di Jawa Timur Pertama Kali Menggunakan Media Ke 2 540x960 Px Aissadione Aliran Seni Lukis Subhandepok 20 Karya Seni Lukisan Tembok Jalanan Street Art Ini Keren Abis Suka Yang Mana Lifeloenet Aliran Seni Lukis Subhandepok Apa Masalah Terbesar Dalam Hidupmu Yang Sudah Bisa Kamu Atasi Quora Aliran Seni Lukis Subhandepok Dekat Namun Asing Bogor Curug Cibingbin Anandastoon
Dalamcerpen Lebih Hitam dari Hitam—cerpen ini dipublikasikan pertama kali oleh di majalah Siasat Baru Desember 1959—tokohnya menjelma sebagai pasien yang “tak waras” dan terpaksa harus dirawat di Rumah Sakit Jiwa. Gaya pengucapan infantil ini sudah khas Iwan. Dalam Ziarah bahkan berkali-kali ia menggunakan gaya repetitif yang

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. "Bapak/ Ibu, komunitas lukis SMP Santa Maria Kabanjahe akan mengadakan pameran mulai besok, 6 Juni sampai dengan tanggal 17 Juni 2023, bertempat di Museum Pusaka Karo, Berastagi. Jika berkenan, boleh ikut hadir melihat karya anak-anak kita. Terima kasih."Demikian isi pesan singkat yang disampaikan oleh salah seorang guru di grup WhatsApp yang juga beranggotakan para orang tua siswa SMP Swasta Santa Maria Kabanjahe pada Senin, 5 Juni 2023 yang lalu. Saya bersama istri berencana menghadiri pameran lukisan itu. Si sulung ikut berperan serta memajang 3 buah lukisannya pada acara itu, bersama puluhan karya rekan-rekan dan dua orang guru di sekolahnya. Ada perasaan senang, dan bangga tentu saja. Terkenang ketika 3 tahun yang lalu saat si sulung masuk SMP, dia berencana ikut kegiatan ekstrakurikuler agak kebingungan juga, karena melukis adalah kegiatan yang sepengetahuan kami tidak begitu ada pelakunya di kampung ini. Aku tidak pernah mengetahui ada komunitas melukis di sini, apa lagi yang sampai mengadakan pameran dua tahun belakangan ini terbentuk komunitas melukis di SMP Swasta Santa Maria Kabanjahe. Komunitas melukis ini sebenarnya pertama kali melaksanakan pamerannya pada 11 Februari 2023 yang lalu, bertempat di selasar gedung sekolah ini, bersamaan dengan acara pertemuan para orang tua siswa dengan guru-guru di sekolah. Pameran lukisan karya anak-anak SMP Santa Maria Kabanjahe, 11/2/2023 Dok. Pribadi Pameran lukisan karya anak-anak SMP Santa Maria Kabanjahe, 11/2/2023 Dok. Pribadi Pameran lukisan karya anak-anak SMP Santa Maria Kabanjahe, 11/2/2023 Dok. Pribadi Pembukaan Pameran, Selasa 6/6/2023 1 2 3 4 5 Lihat Pendidikan Selengkapnya

S5tQyg.
  • 632j8tmn16.pages.dev/36
  • 632j8tmn16.pages.dev/466
  • 632j8tmn16.pages.dev/319
  • 632j8tmn16.pages.dev/368
  • 632j8tmn16.pages.dev/472
  • 632j8tmn16.pages.dev/510
  • 632j8tmn16.pages.dev/7
  • 632j8tmn16.pages.dev/402
  • lukisan wayang di jawa timur pertama kali menggunakan media